Sabtu, 27 April 2013

NABI YUSUF A.S (PART 8)




"Dan raja berkata: 'Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang tepat bagiku.' Maka tatkala raja berkata: 'Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami.' Berkatalah Yusuf: 'Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.' Dan demikian Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa saja yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia- nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa." (QS. Yusuf: 54-57)

Raja bertutur  dengan Nabi Yusuf dengan bahasanya dan Nabi Yusuf pun mampu menjawabnya. Raja berbicara dengan bahasa kedua dan Nabi Yusuf pun menjawabnya dengan bahasa Arab. Raja bertanya: "Bahasa apa ini?" Ini adalah bahasa Ismail, bapa saudara ayahku, kata Yusuf. Kemudian Yusuf berbicara dengan raja dengan bahasa Ibrani. Raja bertanya: "Bahasa apa ini?" Yusuf berkata: "Ini adalah bahasa orang tuaku, Ibrahim, Ishak dan Yaakub." Raja itu memang mampu berbicara dengan lebih dari satu bahasa namun ia mendapati
Nabi Yusuf  memiliki kemampuan berbahasa lebih tinggi darinya.

Raja kagum dengan wawasan luas yang dimiliki Nabi Yusuf dan kedalaman ilmunya yang mengesankan. Kemudian perbincangan mereka beralih pada mimpi raja. Nabi Yusuf menasihati raja agar memulakan  rancangan  yang tepat untuk mengumpulkan makanan dan menyimpannya dalam untuk menghadapi tahun-tahun sukar.Nabi  Yusuf menjelaskan  kepada raja bahawa kelaparan akan melanda  Mesir dan kota-kota di sekitarnya. Oleh kerana itu, negeri Mesir harus bersedia untuk menghadapi suasana yang sangat sukar  itu, demikian juga negeri-negeri di sekitarnya. Dari sini kita memahami bahawa negeri Mesir memiliki kedudukan penting dalam percaturan sejarah kuno. Raja bertanya tentang pelaksanaan rencana. Salah satu yang dikatakannya sebagaimana disebutkan dalam tafsir al-Qurtubi: "Seandainya penduduk Mesir dapat melaksanakan apa-apa yang berkenaan dengan masalah ini. Tetapi sukar  ditemukan di antara mereka orang-orang yang jujur." Untuk mendapat kejujuran pada kelompok yang  hidup mewah tersebut merupakan hal yang sangat sukar. Setelah pengakuan raja kepada Nabi Yusuf tentang hakikat ini,Nabi  Yusuf berkata: "Kalau begitu, jadikanlah aku sebagai pengawas  atas kekayaan bumi. Aku adalah seorang pengawas yang sangat teliti dan berpengetahuan." Tentu dalam pernyataan tersebut,Nabi Yusuf tidak menginginkan keuntungan peribadi. Sebaliknya, Nabi Yusuf memikul amanat untuk memberi makan bagi masyarakat yang lapar selama tujuh tahun. Yaitu, masyarakat yang seandainya mereka lapar, maka penguasanya dapat mempermainkan mereka. 

Kini saudara-saudara Yusuf yang telah mencampakkan baginda ke dalam telaga telah datang. Anak-anak Nabi Yaakub datang dan berbaris dalam rombongan orang-orang yang memerlukan.Nabi Yusuf duduk di atas singgahsana Mesir sebagai seorang penguasa yang memerintah dan melarang.Nabi Yusuf bergegas untuk menjamin kesenangan kehidupan manusia. Beliau dikelilingi oleh para menterinya, orang-orang penting, dan para tentera. Nabi Yusuf segera mengenali saudara-saudaranya, sedangkan mereka tidak mengenalinya. Mereka telah terpisah cukup lama dengan Nabi Yusuf di mana keadaan sangat menyusahkan mereka sehingga mereka datang dari Palestin untuk mencari makanan di Mesir.

Terjadilah perbualan  antara Nabi  Yusuf dan saudara-saudaranya tanpa mereka mengetahui identiti  Nabi Yusuf. Saudara-saudara Yusuf itu berjumlah sepuluh orang, namun mereka membawa sebelas unta.Nabi Yusuf bertanya kepada merek melalui seorang penterjemah agar beliau tidak berbicara dengan mereka dengan bahasa mereka, laitu bahasa Ibrani: "Undang- undang kita memutuskan untuk memberikan makanan pada setiap orang sesuai dengan kemampuan unta mengangkut makanan itu. Berapa jumlah kalian?" Mereka menjawab: "Sebelas orang.".Nabi Yusuf berkata kepada salah seorang penterjemah: "Katakan kepada mereka, bahasa kalian berbeza dengan bahasa kami dan pakaian kalian pun berbeza dengan pakaian kami. Barangkali kalian adalah mata-mata." Mereka menjawab: "Demi Allah, kami bukan mata-mata tetapi kami adalah keturunan dari seorang ayah yang baik." Yusuf bertanya: "Kalian mengatakan bahawa jumlah kalian sebelas padahal, kalian berjumlah sepuluh."

Mereka menjawab: "Sebenarnya kami adalah dua belas saudara, seorang saudara kami meninggal di daratan dan kami mempunyai saudara yang lain yang sangat dicintai oleh orang tua kami dan ia tidak mampu untuk bersabar ketika berpisah dengannya. Oleh kerana itu, kami datang dengan membawa untanya sebagai ganti darinya." Nabi Yusuf berkata: "Bagaimana aku hendak memastikan kejujuran kamu?" Mereka menjawab: "Pilihlah sesuatu yang engkau dapat menjadi tenang dengannya." Yusuf berkata: "Undang-undang kami menetapkan untuk tidak memberikan makanan kepada seseorang yang tidak ada. Kerana itu, datangkanlah saudara kalian agar aku dapat memberinya makanan. Tidakkah kalian mengetahui bahawa aku menegakkan timbangan dengan jujur?"

Demikianlah dialog terus berlangsung antara saudara-saudara Yusuf dan Yusuf. Yusuf memberitahukan kepada mereka bahawa kali ini mereka mendapatkan pengecualian (keringanan) dan keistimewaan. Tetapi, jika pada masa yang akan datang mereka datang tanpa membawa saudara mereka, maka Yusuf tidak akan memberikan makanan kepada mereka. Mereka berkata padanya, bahawa kami akan berusaha memuaskan ayah kami atau meyakinkan ayah kami untuk meninggalkan saudara kami itu bersama kami. 

Saudara-saudara Yusuf kembali pulang dan menemui ayah mereka. Sebelum mereka menurunkan muatan yang dibawa oleh unta, mereka masuk menemui ayah mereka: "Sungguh kami tidak mendapatkan sukatan gandum. Ini terjadi kerana engkau melindungi dan mempertahankan anakmu." Mereka mengatakan: "Kami tidak akan memberikan makanan bagi orang tak hadir. Mengapa engkau tidak merasa aman ketika kami membawanya? Biarkanlah ia pergi bersama kami dan sesungguhnya kami akan menjaganya." Jelas sekali bahawa dialog tersebut bertujuan untuk memujuk si ayah dan membebankan tanggung jawab kepadanya dalam hal ketidakmampuan mereka memperoleh makanan. Namun, si ayah menjawab dengan menggunakan sopan santun para nabi. Ia berkata bahawa ia tidak merasa aman terhadap mereka atas anaknya yang kecil sebagaimana kekhuatirannya terhadap Nabi Yusuf sebelumnya, dan ia tidak peduli atau tidak begitu yakin dengan ucapan mereka: "Sungguh kami sebaik-baik penjaga. Kerana, Allah s.w.t-lah sebaik-baik penjaga dan Maha Pengasih di antara yang mengasihi."
Comments
1 Comments

1 ulasan:

Asaalamualaikum...
jangan lupa tinggalkan komen anda yerp:)