Sabtu, 27 April 2013

NABI YUSUF A.S (PART 5)



Wanita yang sedang mabuk cinta kepada Yusuf itu melihat suaminya muncul di tengah-tengah peristiwa itu, ia segera menggunakan kelicikannya. Jelas sekali bahawa di sana terdapat pergelutan. Yusuf tampak gementar dengan penuh rasa malu dan butiran-butiran keringat mengalir dari keningnya. Sebelum suaminya membuka mulutnya untuk mengawali pembicaraan, wanita itu mendahuluinya dengan melontarkan tuduhan kepada Yusuf: "Wanita itu berkata: 'Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat curang dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?'"

Ia menuduh Nabi  Yusuf telah merayunya. Ia mengatakan bahawa Yusuf berusaha memperkosanya. Yusuf melihat  wanita itu dengan kepolosan dan kesabaran. Sebenarnya Yusuf berusaha menyembunyikan rahsia wanita itu namun ketika ia mulai menuduhnya Yusuf terpaksa mempertahankan dirinya. "Yusuf berkata: 'Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)."

Kini giliran si suami untuk menunjukkan reaksinya. Kami kira ia berkata: "Perlahankanlan suara kalian berdua. Sesungguhnya di rumah ini terdapat banyak budak dan pembantu. Ini adalah masalah khusus." Ketua menteri itu adalah seorang tua yang  tenang dan tidak mudah marah. Peristiwa ini terjadi di kalangan kelompok masyarakat yang bergaya hidup mewah, bukan kaum tradisional sehingga mereka cenderung menggunakan cara-cara yang bijak dan terbaik dalam menyelesaikan masalah. Kemudian kepala menteri itu duduk dan mulai mengusut kejadian itu. Ia bertanya kepada isterinya dan juga bertanya kepada Yusuf. Kemudian orang yang ada di dekat wanita itu berkata: "Sesungguhnya kunci persoalan ini terletak pada pakaian Yusuf. Jika pakaiannya koyak dari depan, maka ini bererti Yusuf memang ingin memperkosanya. Wanita itu akan mengoyak pakaian Yusuf untuk mempertahankan dirinya."

Si suami berkata: "Lalu bagaimana jika pakaiannya koyak dari belakang." Seorang penengah dari keluarganya berkata: "Maka ini bererti wanita itu yang merayunya. Jadi kunci dari peristiwa ini ada pada pakaian Yusuf." Akhirnya, pakaian itu berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Kemudian seorang penengah dari keluarganya mengamati pakaian itu, lalu ia mendapatinya dalam keadaan koyak dari belakang. Selanjutnya, ketua menteri itu pun melihatnya dan ia juga mendapatinya dalam keadaan koyak  dari belakang. Maka  tuduhan itu dibalikkan pada si isteri. Allah s.w.t menceritakan peristiwa ini dalam firman-Nya: "Dan seorang saksi keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: 'Jika baju  itu koyak di depan, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju  koyak di belakang, maka wanita itulah yang berdusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.' Maka tatkala suami wanita itu melihat baju Nabi  Yusuf terkoyak di belakang berkatalah ia: 'Sesungguhnya (kejadian) itu adalah tipu daya kamu, Sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.'"

Ketika si suami memastikan pengkhianatan isterinya, ia tampak tenang dan tidak menunjukkan emosi yang berlebihan, bahkan ia tidak menjerit  dan tidak marah. Aturan kelompok terpandang saat itu memaksanya untuk menyingkap suatu persoalan dengan penuh ketenangan dan kelembutan. Ia berkata: "Sesungguhnya ini adalah bahagian dari tipu daya kalian, hai para wanita." Ia mengisbatkan apa yang dilakukan oleh isterinya kepada tipu daya yang umumnya dikerjakan oleh para wanita. Ia menegaskan bahawa tipu daya perempuan umumnya sangat besar (berbahaya). Kemudian ia menoleh pada Yusuf sambil berkata: "Hai Yusuf berpalinglah dari masalah ini. Lupakanlah masalah ini dan janganlah engkau terlalu peduli dengannya serta jangan pula engkau menceritakannya. 

Kemudian si suami merasa bahawa ia belum mengatakan sesuatu pun kepada isterinya selain penyataannya yang berhubungan dengan tipu daya kaum wanita secara umum. Ia ingin berkata kepada isterinya tentang sesuatu yang khusus. Ia berusaha untuk bersikap keras pada isterinya tetapi kekerasan itu berakhir dengan kelembutan yang terwujud dalam ucapannya: "Dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, kerana kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah. "

Setelah pernyataan yang pertama dan nasihat yang terakhir, si suami mengakhiri masalah tersebut, lalu Nabi Yusuf pun pergi.. Yang  diminta adalah agar pembicaraan ini ditutup sampai di sini saja. Tetapi masalah ini sendiri meskipun terjadi di kalangan masyarakat yang terpandang tidak dapat begitu saja di tutup. Tetapi, masalah tersebut akhirnya tersebar kemana- mana. Peristiwa itu tersebar dari satu istana ke istana-istana penguasa saat itu. Kemudian wanita-wanita yang tinggal di istana itu mulai ramai- ramai menjadikannya sebagai bahan cerita. Kemudian masalah itu pun tersebar di penjuru kota:

"Dan wanita-wanita di kota berkata: 'Isteri al-Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangan itu adalah sangat mendalam, Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata. " (QS. Yusuf: 30)

Di sini kita mengetahui bahawa yang dimaksudkan itu adalah isteri  al-Aziz dan bahawa laki-laki itu yang membeli Yusuf dari Mesir itu adalah seorang menteri di Mesir, yakni seorang pembesar atau tokoh atau ketua dari para menteri.

Akhirnya berita tersebut berpindah dari satu mulut ke mulut yang lain, dan dari satu rumah ke rumah yang lain sehingga sampailah berita itu ke telinga isteri al-Aziz. Barangkali dikatakan kepadanya: "Penduduk kota banyak yang membicarakan kisahmu." la berkata: "Kisahku dengan siapa?" Dikatakan padanya: "Dengan Yusuf." Ia berkata: "Aku memang tidak dapat memungkiri bahawa aku mencintainya." Dikatakan kepadanya: "Semua isteri menteri membicarakan tentang kecenderunganmu padanya." Ia berkata: "Apa yang mereka katakan?" Dikatakan kepadanya: "Sungguh engkau berada di dalam kesesatan yang nyata." Ia mulai marah: "Kesesatan apa? Siapa yang mengatakan bahawa aku tersesat. Tidakkah wanita-wanita itu pernah melihat bagaimana si Yusuf? Apakah mereka mengetahui daya tariknya? Siapa mereka itu yang mengatakan demikian? Sebutkanlah padaku nama-nama wanita-wanita yang banyak berkata  itu."

Isteri al-Aziz terdiam sebentar dan tampaknya ia sedang berfikir. Kemudian ia telah menetapkan sesuatu dan memerintahkan untuk mendatangkan para juru masak. Akhirnya, para juru masak datang ke istana. Ia memberitahu mereka bahawa ia akan menyiapkan suatu jamuan besar di istana. Ia telah memilih berbagai macam hidangan dan minuman. Ia telah memerintahkan agar diletakkan pisau-pisau yang tajam di sebelah buah-buah apel yang dihidangkan, dan hendaklah juga diletakkan kain putih di sebelah wadah atau piring-piring yang di situ diletakkan apel, juga diletakkan bantal-bantal yang memang saat itu menjadi tradisi masyarakat timur. Kemudian ia mengundang kaum hawa yang membicarakan kisah cintanya dengan Yusuf. Akhirnya, datanglah hari jamuan itu. Wanita-wanita dari kalangan masyarakat elit segera berdatangan menuju ke istana ketua  menteri. Isteri al-Aziz memanfaatkan acara itu sebagai kesempatan emas untuk menunjukkan seorang pemuda yang paling tampan dan paling mengagumkan.

Undangan tersebut  hanya di kalangan wanita sehingga mereka lebih bebas untuk mendengarkan cerita . Mereka duduk dan bersandar di atas bantal-bantal sambil makan dan minum. Pesta jamuan itu terus berlangsung di mana dihidangkan di atasnya makanan yang istimewa dan minuman yang dingin dan sangat menyenangkan orang yang melihatnya.

Tempat pesta itu dipenuhi dengan berbagai macam ragam  dan berbagai macam gurauan. Kami kira bahawa setiap wanita yang hadir di tempat itu sengaja menahan lidahnya agar jangan sampai menyentuh kisah Yusuf. Sebenarnya mereka semua mengetahui peristiwa yang terjadi antara Yusuf dan wanita perdana menteri itu, tetapi mereka sengaja menyembunyikannya seakan-akan mereka tidak mengetahuinya. Demikianlah aturan main yang biasa dipegang oleh kalangan elit dari masyarakat saat itu. Namun, isteri al-Aziz, sebagai tuan rumah,membuka persoalan tersebut: "Aku mendengar ada wanita-wanita yang mengatakan bahawa aku jatuh cinta pada seorang pemuda yang bernama Yusuf." Tiba-tiba keheningan yang menyelimuti meja makan itu runtuh dan tangan-tangan para undangan nyaris lumpuh. Isteri al-Aziz benar-benar mencuri kesempatan itu. Ia bercerita sambil memerintahkan para pembantunya untuk menghadirkan apel. "Aku mengakui bahawa memang Yusuf seorang pemuda yang mengagumkan. Aku tidak menafikan  bahawa aku benar-benar mencintainya, dan aku telah mencintainya sejak dahulu," kata isteri al- Aziz dengan nada serius. Kemudian wanita-wanita itu mulai mengupas apel. Saat itu peradaban di Mesir telah mencapai puncak yang jauh di mana gaya hidup mewah menghiasi istana-istana.

Pengakuan isteri al-Aziz menciptakan suatu kedamaian umum di ruangan itu. Jika isteri al-Aziz saja mengakui bahawa ia memang jatuh cinta kepada Yusuf, maka pada gilirannya mereka pun berhak untuk mencintainya. Meskipun demikian, mereka mengisyaratkan bahawa seharusnya isteri al-Aziz tidak cenderung pada Yusuf namun sebaliknya, ia harus menjadi tempat cinta. Seharusnya, ia yang dikejar oleh lelaki, bukan sebaliknya. Isteri al-Aziz mengangkat tangannya dan mengisyaratkan agar Yusuf masuk dalam ruangan itu. Kemudian Yusuf masuk di ruang makan itu. Ia dipanggil oleh majikannya kemudian ia pun datang. Kaum wanita masih mengupas buah, dan Nabi Yusuf memasuki ruangan itu sehingga terjadilah apa yang dibayangkan oleh isteri al-Aziz.

Tamu-tamu wanita itu tiba-tiba membisu. Sungguh mereka tercengang ketika menyaksikan wajah yang bercahaya yang menampakkan ketampanan yang luar biasa, ketampanan malaikat. Wanita-wanita itu pun terdiam dan mereka bertakbir, dan pada saat yang sama mereka terus memotong buah yang ada di tangan mereka dengan pisau. Semua pandangan tertuju hanya kepada Yusuf dan tak seorang pun di antara wanita itu melihat buah yang ada di tangannya. Akhirnya, wanita-wanita itu  memotong tangannya sendiri namun mereka tidak lagi merasakannya. Sungguh kehadiran Yusuf di tempat itu sangat mengagumkan mereka sehinggakan mereka tidak merasakan rasa sakit dan keluarnya darah dari tangan mereka.

Salah seorang wanita berkata dengan suara yang pelan: "Subhanallah (Maha Suci Allah)." Wanita yang lain berkata dengan suara lembut yang menampakkan kehairanan: "Ini bukan manusia biasa." Sedangkan wanita yang ketiga berkata: "Ini tiada lain adalah seorang malaikat yang mulia." Tiba-tiba isteri al-Aziz berdiri dan berkata: "Inilah dia orang yang kamu semua caci  aku kerana daya tariknya. Memang tidak aku nafikan  bahawa aku pernah merayunya dan menggodanya untuk diriku. Di hadapan kalian ada handuk-handuk putih untuk membalut luka. Sungguh kalian telah dikuasai oleh Yusuf, maka lihatlah apa yang terjadi pada tangan-tangan kalian." Akhirnya, pandangan mereka sekarang berpindah dari Yusuf ke jari-jari mereka yang terpotong oleh pisau yang tajam di mana mereka tidak lagi merasakannya.

Kami kira Yusuf melihat atau memandang ke arah bawah (tanah), atau mengarahkan pandangannya ke depannya tanpa ada maksud tertentu, tetapi ketika disebut ada darah yang keluar di sekitar tempat jamuan itu, maka ia pun melihat ke arah tempat jamuan itu. Yusuf dikejutkan dengan adanya darah yang mengalir di sekitar buah apel yang keluar dari jari-jari wanita itu. Yusuf segera mendatangkan perban dan air seperti biasa yang dilakukan pemuda yang bekerja di istana. Kemungkinan  bahawa isteri al-Aziz berkata saat Yusuf memerban luka yang dideritai oleh para wanita: "Sungguh aku telah menggodanya namun ia mampu menahan dirinya. Jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, nescaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang- orang yang hina."

 Salah seorang yang sangat cantik berkata kepada Nabi Yusuf saat beliau membalut lukanya: "Sungguh sekadar engkau memandang tanganku hai Yusuf, itu sudah cukup bagiku untuk mengubati jariku yang terpotong." Atau ada wanita lagi yang mengatakan padanya: "Yusuf, tidakkah engkau menginginkan seorang perempuan yang akan membersihkan sepatumu dan akan mencuci pakaianmu dan yang akan mengabdikan diri  kepadamu."

"Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.'" (QS. Yusuf: 33)

Semua wanita-wanita yang ikut serta dalam undangan tersebut mencuba untuk menundukkan Yusuf dengan menggunakan lirikan, gerakan-gerakan tertentu, atau isyarat atau dengan bahasa yang jelas. Yusuf memohon pertolongan Allah s.w.t agar ia diselamatkan dari tipu daya mereka. Ia berdoa kepada Allah s.w.t sebagai seorang manusia yang mengenal kemanusiaannya dan tidak terpedaya dengan kemaksumannya dan kenabiannya. Ia berdoa kepada Allah s.w.t agar memalingkan tipu daya mereka darinya sehingga ia tidak cenderung kepada mereka dan kemudian menjadi orang yang bodoh. Allah s.w.t mengabulkan doanya. Kemudian tangan-tangan yang terputus mulai merasakan kesakitan, dan Yusuf meninggalkan ruang makan itu. Setiap wanita sibuk membalut  lukanya dan masing-masing berfikir tentang alasan apa yang akan mereka sampaikan ketika suami mereka bertanya tentang tangan mereka yang terpotong itu? Dan, di mana peristiwa itu terjadi?

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Asaalamualaikum...
jangan lupa tinggalkan komen anda yerp:)