Ahad, 23 Jun 2013

UWAIS AL-QARNI : TAK TERKENAL DI BUMI, TERKENAL DI LANGIT (PART 6/AKHIR)



Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang.

Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi menjadi terkenal di langit.

p/s:Tak perlu menjadi sanjungan pernduduk bumi.Kerana is cuma bersifat sementara.Cukup nama menjadi perbualan di langit kerana ketaatan kepada Allah.Itu bakal membawa ke syurga.:)


Menulis untuk mengumpul cinta ilahi,ana ♥ :
 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

UWAIS AL-QARNI : TAK TERKENAL DI BUMI, TERKENAL DI LANGIT (PART 5)




Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit.Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ?“Abdullah”, jawab Uwais.Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?”Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”.Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata:“Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan wang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya.Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya.Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat.Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.“Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh.Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?”“Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami.“Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! ”katanya.“Kami telah melakukannya.”“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!”Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”.“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? ”Tanya kami.“Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.Kemudian kami berkata lagi kepadanya, ”Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.“Ya,”jawab kami.Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan.


Menulis untuk mengumpul cinta ilahi,ana ♥ :
 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

UWAIS AL-QARNI : TAK TERKENAL DI BUMI, TERKENAL DI LANGIT (PART 4)





Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.”Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama.Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman.


Menulis untuk mengumpul cinta ilahi,ana ♥ :
 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

UWAIS AL-QARNI : TAK TERKENAL DI BUMI, TERKENAL DI LANGIT (PART 3)




Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata:“Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.

Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang.Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”.Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemahuannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.


Menulis untuk mengumpul cinta ilahi,ana ♥ :
 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

UWAIS AL-QARNI : TAK TERKENAL DI BUMI, TERKENAL DI LANGIT (PART 2 )





Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran.Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah.



Menulis untuk mengumpul cinta ilahi,ana ♥ :
 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

UWAIS AL-QARNI : TAK TERKENAL DI BUMI, TERKENAL DI LANGIT (PART 1 )

*gambar sekadar hiasan.


Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya.Dia adalah “Uwais al-Qarni”.

Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata :“Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.


Menulis untuk mengumpul cinta ilahi,ana ♥ :
 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

Selasa, 18 Jun 2013

HANZALAH : Mati Syahid Dalam Keadaan Berjunub dan Dimandikan Malaikat (PART 3 /AKHIR)




Hanzalah melompat ke atas kudanya dan terus memecut tanpa menoleh ke belakang. Akhirnya, dia berjaya bergabung dengan tentera Islam yang tiba lebih awal daripadanya.

Di medan perang, jumlah tentera musuh adalah seramai tiga ribu orang yang lengkap bersenjata manakala jumlah tentera Islam hanyalah seramai seribu orang. Perbezaan itu tidak menggugat kewibawaan tentera Islam termasuklah Hanzalah. Dia menghayun pedangnya menebas leher-leher musuh yang menghampiri dan apabila dia terpandang Abu Sufyan, panglima tentera Quraisy, Hanzalah menerkam Abu Sufyan umpama singa lapar. Mereka berlawan pedang dan bergelut. Akhirnya Abu Sufyan tersungkur ke tanah. Tatkala Hanzalah mengangkat pedang mahu menebas leher Abu Sufyan, dengan kuat panglima tentera Quraisy itu menjerit menarik perhatian tentera Quraisy. Tentera-tentera Quraisy menyerbu Hanzalah dan Hanzalah tewas, rebah ke bumi.

Sebaik sahaja perang tamat, tentera Islam yang tercedera diberikan rawatan. Mayat-mayat yang bergelimpangan dikenalpasti dan nama-nama mereka, tujuh puluh orang kesemuanya dicatat. Sedang Nabi Muhammad yang tercedera dan patah beberapa batang giginya diberi rawatan, beliau mengatakan sesuatu yang menyentak kalbu, “Saya terlihat antara langit dan bumi, para malaikat memandikan mayat Hanzalah dengan air daripada awan yang diisikan ke dalam bekas perak”. Abu Said Saidi, antara tentera yang berada dekat dengan Nabi Muhammad bingkas mencari jenazah Hanzalah. “Benar kata-kata Nabi Muhammad. Rambutnya masih basah bekas dimandikan!” Abu Said Saidi menyaksikan ketenangan wajah Hanzalah walaupun beliau cedera parah di seluruh badannya. Rambutnya basah dan titisan air mengalir di hujung rambutnya sedang ketika itu matahari terik memancar.


Relakanlah perpisahan kita ini
Iringilah pemergian daku nanti
Dengan doa yang tidak henti
Moga Islam terus berdiri

Usapilah genang air mata kasih
Senyumanmu penguat semangat daku
Andai kita tak jumpa lagi
Ku semai cintamu di syurga

Berpisahlah dua jiwa
Meninggalkan kuntum cinta
Mekar di istana taqwa
Menyahut panggilan Allah

Dengan nama-Mu Allah yang Maha Gagah
Langkahku atur pasrah daku berserah
Menangkanlah kaum muslimin
Hancurkanlah kaum musyrikin

Handzalah pergi ke medan jihad
Bersama dengan para sahabat
Bertempur hebat penuh semangat
Sehingga dia syahid akhirnya

Turunlah malaikat ke bumi
Mandikan jasadnya simpati
Sucilah jasadnya mewangi
Diarak rohnya ke Firdausi

Hening malam menyaksikan
Korban cinta dua insan
Baru diijabkabulkan
Rela menyahut seruan
Demi Islam ditegakkan
Jihad menjadi pilihan



*Allahuakbar,terpampan seketika.Hebat jati diri seorang lelaki yang baru bergelar suami.Sepatah alasan pun tak diberi demi menggapai syurga dan reda Allah.Meskipun isteri dan rumahtannga baru dibina terpaksa dtinggalkan.Akhirnya syahid.Moga Allah jadikan isterinya bidadari buatnya di syurga kelak..amin.Suami sekarang,ade lg cmni ?tepuk dada tanya iman.Memang tak keluar bilik la kan. :'(




Love to be a blog writer,ana ♥ :
 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

HANZALAH : Mati Syahid Dalam Keadaan Berjunub dan Dimandikan Malaikat (PART 2)





Hanzalah mendiamkan diri. Ada benarnya saranan Nabi Muhammad itu, perkahwinan ini bukan sahaja melibatkan dirinya bahkan bakal isterinya juga. Pada malam Jumaat yang hening, perkahwinan antara Hanzalah bin Abu Amir dan Jamilah binti Ubay dilangsungkan secara sederhana. Suasana yang hening dan sunyi itu tidak tenang hingga ke pagi. Kota Madinah tiba-tiba dikejutkan dengan paluan gendang yang bertubi-tubi. Paluan gendang mengejutkan para pejuang bersama laungan menyebarkan berita.

“Bersegeralah! Kita bersegera perangi musuh Allah.”

“Berkumpul segera! Keluarlah! Rebutlah syurga Allah!”

“Perang akan bermula!”

Pukulan gendang dan laungan jihad itu mengejutkan pasangan pengantin yang baru sahaja dinikahkan. Hanzalah bingkas bangun dari tempat tidurnya, “Saya harus menyertai mereka”. “Bukankah malam ini malam perkahwinan kita dan Nabi Muhammad mengizinkan kanda berangkat esok?” Soal isterinya. Hanzalah menjawab tegas, “Saya bukanlah orang yang suka memberi alasan bagi merebut syurga Allah”.

Jamilah terdiam dan hanya mampu memerhatikan suaminya bersiap memakai pakaian perang dan menyelitkan pedang ke pinggangnya. Hanzalah menoleh ke arah isterinya, “Janganlah bersedih, doakan pemergian saya, semoga saya beroleh kemenangan”. Suami isteri itu berpelukan dan bersalaman. Berat hati Jamilah melepaskan lelaki yang baru sahaja menjadi suaminya ke medan perang. Namun, Jamilah menguatkan hatinya dan melepaskannya dengan penuh redha. “Saya mendoakan kanda beroleh kemenangan”



Love to be blog writer,ana ♥ :
 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

HANZALAH : Mati Syahid Dalam Keadaan Berjunub dan Dimandikan Malaikat.(PART 1)







Mukaddimah

Siapakah Hanzalah?

Hanzalah bin Abu Amir ialah anak timbalan ketua munafik di Madinah namun beliau memeluk Islam dan salah seorang sahabat serta jurutulis Rasulullah S.A.W yang terkenal. Gendang jihad dipalu dalam Peristiwa Uhud meyebabkan Hanzalah terpanggil untuk menyahut seruan tersebut, pada hal ketika itu beliau baru berkahwin Oleh kerana itu, Rasulullah mengecualikan beliau dari turut serta ke medan peperangan. Inilah cara Rasulullah untuk merayakan kebahagiaan sahabat baginda.. Dalam perang ini dikisahkan bahawa Hanzalah syahid dalam keadaan berjunub sehingga beliau dimandikan oleh Malaikat. 

Perkahwinan Hanzalah bin Abu Amir dengan sepupunya, Jamilah binti Ubay sudah siap diatur. Kebetulan pula, hari berlangsungnya perkahwinan Hanzalah bertembung dengan hari peperangan tentera Islam menentang musuh di Bukit Uhud. Hanzalah bin Abu Amir mendekati Rasulullah saw, “Saya bercadang menangguhkan sahaja perkahwinan saya malam nanti”. Pada masa itu, Nabi Muhammad saw dan tentera-tentera Islam di kota Madinah sibuk membuat persiapan akhir untuk berperang. “Tidak mengapa, teruskan sahaja perkahwinan ini”, balas Rasulullah saw. “Tetapi saya sungguh berhajat untuk menyertainya”, Hanzalah bertegas. Rasulullah saw berkeras supaya Hanzalah meneruskan perkahwinannya dan memberi cadangan supaya Hanzalah menyusuli tentera Islam di Bukit Uhud pada keesokan hari, setelah selesai upacara perkahwinan.


Love to be a blog writer,ana ♥ :
 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

Isnin, 17 Jun 2013

BILAL BIN RABAH :MUAZIN PERTAMA DALAM ISLAM (PART 4)








Kelebihan beliau

Bilal menjadi tukang azan Rasulullah ss.a.w sepanjang hidup beliau. Pernah berlaku suatu ketika semasa Rasulullah s.a.w wafat, Bilal mengumandangkan azan tetapi apabila sampai kepada perkataan yang bermaksud: Aku bersaksi bahawa Nabi Muhammad adalah Rasulullah, Bilal menangis tersedu-sedu kemudian meminta daripada Abu Bakar r.a supaya mengecualikan beliau daripada azan kerana beliau tidak dapat lagi menanggung kesedihan selepas kewafatan Rasulullah s.a.w.

Setelah itu Bilal pergi bersama-sama dengan delegasi dakwah pertama umat Islam kemudian beliau tinggal menetap di Darya (sebuah tempat berhampiran dengan Damsyik) sehinggalah Al-Faruq Umar bin Al-Khattab datang ke Damsyik dan meminta Bilal supaya mengumandangkan azan sekali lagi kerana Umar terlalu mengasihi dan menghormati beliau. Umar pernah berkata: "Abu Bakar adalah tuan kita dan beliau telah memerdekakan tuan kita," maksudnya ialah Bilal r.a.

Apabila Bilal mengumandangkan azan, Ummar dan seluruh para sahabat yang ada pada masa tersebut yang pernah mendengar suara azan tersebut pada zaman Rasulullah s.a.w terus menangis tersedu-sedu kerana mereka terlalu terkenangkan suara azan tersebutdan perasaan mereka terlalu tersentuh menyebabkan mereka semua menangis.



Kematian beliau

Bilal bin Rabah meninggal dunia setelah beliau mengalami sakit tenat di mana pada hari-hari tersebut beliau sering menyebut: "Besok kita akan bertemu dengan para kekasih Muhammad dan sahabat baginda.” Semoga Allah meredai beliau dan membalas segala jasa yang telah beliau berikan kepada Islam dengan balasan yang baik.



Love to be a blog writer,ana  :
  photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

BILAL BIN RABAH :MUAZIN PERTAMA DALAM ISLAM (PART 3)






Kesabaran dan ketabahan beliau menanggung penderitaan

Bilal merupakan salah seorang Muslim yang paling banyak menerima penyeksaan, kekejaman dan kengerian daripada golongan musyrikin. Sebahagian besar dari kalangan mereka yang memeluk Islam pada masa tersebut mempunyai keluarga tempat mereka berlindung dari kekejaman golongan musyrikin kecuali beliau, Ammar bin Yasir bersama-sama dengan bapa dan ibunya serta Suhaib. Faktor sedemikianlah yang menyebabkan mereka menjadi sasaran golongan musyrikin Quraisy untuk melepaskan geram mereka terhadap Islam.

Pada suatu hari berlaku peristiwa di mana apabila matahari tegak berdiri di tengah-tengah langit dan pasir Mekah panas membakar kerana cuaca terlalu panas, Umaiyyah bin Khalaf bersama-sama dengan sekumpulan golongan musyrikin menanggalkan pakaian Bilal, mereka memakaikannya dengan baju besi kemudian mereka menjemurnya di bawah panas terik cahaya matahari dalam keadaan pasir yang panas membakar serta mereka memukulnya dengan menggunakan cemeti sambil mereka memerintahkan Bilal supaya mencaci Nabi Muhammad s.a.w. Walau bagaimana hebat sekalipun penyeksaan yang mereka timpakan kepada Bilal namun Bilal tetap dengan pendiriannya di mana beliau tidak menyebut apa-apa kecuali perkataan yang bermaksud: Allah yang Maha Esa! Allah yang Maha Esa!

Apabila Umaiyyah bin Khalaf merasa putus asa menyeksa Bilal, Umaiyyah mengikat leher beliau dengan menggunakan tali yang besar kemudian menyerahkan kepada orang-orang yang bodoh dan kanak-kanak seterusnya dia meminta supaya mereka mengheretnya ke seluruh kawasan Kota Mekah dan mereka membawanya ke kawasan-kawasan yang berbatu sambil berlari.

Selepas peristiwa tersebut Abu Bakar r.a memerdekakan Bilal secara membelinya daripada Umaiyyah bin Khalaf dengan harga 9 tahil emas. Umaiyyah bin Khalaf sengaja menjualnya dengan harga yang mahal supaya Abu Bakar tidak mahu membelinya sedangkan di dalam hati dia berkata: "Sekiranya Abu Bakar tidak mahu membelinya dengan harga tersebut, aku tetap akan menjualnya walaupun dengan harga 1 tahil emas". Sebaliknya Abu Bakar juga berkata di dalam hatinya: "Sekiranya dia tidak mahu menjual dengan harga tersebut, aku tetap akan membelinya walaupun dengan harga 100 tahil emas".

Bilal bin Rabah r.a terlalu gembira dengan kemerdekaan tersebut kerana beliau dapat memulakan era kehidupan baru di dalam suasana kehidupan yang penuh dengan kebebasan yang tidak pernah dijanjikan kepadanya. Kemudian beliau berhijrah ke Madinah bersama-sama dengan rombongan umat Islam yang berhijrah ke sana


Love to be a blogger writer,ana :

 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

BILAL BIN RABAH :MUAZIN PERTAMA DALAM ISLAM (PART 2)







Kelahiran dan Riwayat Hidup Bilal bin Rabah

Bilal bin Rabah atau dikenali juga sebagai Bilal Habashi dilahirkan di Kota Makkah sekitar tahun 43 sebelum Hijrah. Bilal r.a dibesarkan di Kota Mekah sebagai seorang hamba anak-anak yatim Bani Abdul Dar yang berada di bawah jagaan Umaiyyah bin Khalaf. Ibu beliau bernama Hamama yang berketurunan Abasyiah manakala ayah beliau bernama Rabah yang berketurunan Arab. Beliau merupakan seorang hamba kepada Amit bin Khalaf.

Setelah Rasulullah s.a.w dibangkitkan menjadi Nabi dengan membawa risalah Islam, Bilal adalah terdiri dari kalangan orang-orang yang paling awal memeluk Islam. Beliau memeluk Islam di Syam dengan bantuan seorang sahabatnya iaitu al-Fadhil. Ketika beliau memeluk Islam, hanya terdapat beberapa orang sahaja yang memeluk Islam di atas muka bumi ini iaitu Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar As-Siddiq, Ali bin Abi Talib, Ammar bin Yasir serta ibunya Sumaiyyah, Suhaib Ar-Rumi dan Al-Miqdad bin Al-Aswad.



Love to be a blogger writer,ana :

 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png

BILAL BIN RABAH :MUAZIN PERTAMA DALAM ISLAM (PART 1)





MUKADIMMAH TENTANG BILAL BIN RABAH 

Bilal bin Rabah, sahabat nabi yang berkulit hitam, adalah muazin pertama dalam Islam dan juga bekas hamba abdi yang dilantik oleh Rasulullah S.A.W untuk melaungkan azan lima kali setiap hari. Sehinggakan apabila tibanya waktu solat, golongan malaikat begitu ternanti-nanti laungan azan dari Bilal.
Terdapat satu kisah, saorang sahabat meminta keizinan dari Nabi Muhammad S.A.W untuk melaungkan.
Namun, Rasulullah S.A.W agak keberatan untuk membenarkannya. Selepas puas memujuk Rasulullah membenarkannya untuk melaungkan azan Subuh.

Sewaktu ingin menunaikan Solat Zohor, “penduduk langit”  iaitu malaikat turun untuk bertemu Baginda S.A.W dan bertanya kepadanya’  “Wahai Rasulullah, adakah kamu tidak solat Subuh pagi tadi??”. 
Baginda menjawab, “Sudah tentunya aku Solat Subuh pagi tadi.”

Malaikat berkata lagi, “tetapi mengapa kami tidak mendengar azan dilaungkan Subuh tadi??”
Baginda terus berkata, “Bukan Bilal Bin Rabah yang melaungkan azan Subuh pagi tadi tapi sahabatku yang lain.”

Rasa berat hati Rasulullah S.A.W benar-benar ada sebabnya. Baginda S.A.W merasakan hati sahabat tersebut mempunyai masalah menyebabkan laungan azan yang cukup merdu didengar Subuh tadi, dengan penuh tajwid, harakat dan tarannumnya serta penampilannya yang hebatdari segi pakaian, rupa parasnya yang tampan beserta wangiannya yang mahal tidak mampu didengar oleh penghuni langit.

Adapun Bilal Bin Rabah yang kulitnya hitam legam, pakaian yang amat sederhana dan suara tidak semerdu sahabat tadi, azan yang dilaungkannya dapat didengar oleh penghuni langit. Itulah tanda keikhlasan Bilal Bin Rabah.

Selepas kewafatan Rasulullah S.A.W, Bilal tidak dapat melaungkan azan lagi kerana hatinya akan menjadi begitu sebak dan air matanya terus mengalir. Kasih sayang Bilal kepada Rasulullah S.A.W begitu tinggi dan melebihi kasih sayangnya terhadap manusia lain.

Penolakan Bilal Bin Rabah menjadi muazin selepas kewafatan Rasulullah S.A.W bukanlah disebabkan ketiadaan Rasulullah, tetapi kerana Bilal tidak mampu melaungkannya lagi disebabkan perasaan hibanya tatkala menyebut nama ‘Muhammad Rasulullah’. Menariknya, laungan azan oleh Bilal pernah menyebabkan tentera Islam berjaya menawan Kota Baitulmaqdis. 


Penat tapi suka menulis,sincerly,ana:
 photo 742DB9E578B15D087A44B17F43889636_zpsa5893cd8.png