"Maka tatkala mereka telah kembali kepada ayah mereka (Yaakub), mereka berkata: 'Wahai ayah kami, kami tidak akan mendapat sukatan (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama-sama kami supaya kami mendapat sukatan, dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.' Berkatalah Yakub: 'Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?.' Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.' Tatkala mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka, dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata: Wahai ayah kami apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. Itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir). Yakub berkata: 'Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah, bahawa kamu pasti akan akan membawanya kembali kepadaku, kecuali jika kamu dikepung musuh.' Tatkala mereka memberikan janji mereka, maka Yakub berkata: 'Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini).' Dan Yakub berkata: 'Hai anak-anakku, janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada- Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri.' Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikit pun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, kerana Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Yusuf: 63-68)
Kali ini saudara-saudara Yusuf yang sebelas orang itu kembali lagi:
"Dan tatkala mereka masuk he (tempat) Yusuf membawa saudaranya ke tempatnya, Yusuf berkata: 'Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berduka cita terhadap apa yang telah mereka kerjakan.'" (QS. Yusuf: 69)
Nabi Yusuf memerintahkan para pengawalnya untuk meletakkan gelas raja yang terbuat dari emas di tempat penyimpanan yang dibawa saudaranya secara rahsia. Gelas itu digunakan sebagai alat untuk menimbang gandum di mana gelas tersebut tentu sangat mahal kerana ia terbuat dari emas . Akhirnya, gelas tersebut disembunyikan dalam barang bawaan saudaranya. Saudara-saudara Yusuf bersiap-siap untuk pergi dan bersama mereka saudara mereka yang kecil. Kemudian pintu kota pun ditutup dan tiba-tiba berteriaklah seseorang: "Hai kafilah, kalian adalah pencuri."
Teriakan tentera tersebut menghentikan langkah semua kafilah. Kini, mereka semua menjadi tertuduh. Orang-orang datang dan bersama mereka saudara-saudara Yusuf. "Barang apa yang hilang dari kamu?" tanya saudara-saudara Yusuf. Para tentera itu menjawab: "Kami kehilangan gelas milik raja yang terbuat dari emas. Barang siapa yang mampu mengembalikannya, maka kami akan memberikan balasan. Kami akan memberikannya makanan yang dimuat oleh unta."
Saudara-saudara bukanlah orang-orang yang mencuri. Para petugas keamanan Nabi Yusuf berkata (sebelumnya mereka telah mendapatkan pengarahan dari Nabi Yusuf): "Hukuman apa yang kamu inginkan bagi seorang pencuri?" Saudara-saudara Yusuf berkata: "Dalam peraturan kami, bahawa orang yang mencuri akan menjadi budak bagi orang yang kehilangan barangnya." Petugas keamanan itu berkata: "Kami akan menerapkan peraturan kalian. Kami tidak menggunakan undang-undang Mesir yang menegaskan untuk memenjarakan orang yang mencuri." Tawaran ini tentu sebagai tipu daya dan rencana dari Allah s.w.t di mana Nabi Yusuf diberi ilham untuk membicarakan hal itu pada petugas keamanannya.Jika bukan kerana rencana Ilahi ini, nescaya Nabi Yusuf tidak akan dapat mengambil saudaranya.
Salah seorang kepala keamanan berkata: "Mulakan memeriksa." Nabi Yusuf memperhatikan semua ini dari sanggahannya. Ia telah menyerahkan perintahnya kepada petugas keamanan untuk memeriksa saudara-saudaranya dan hendaklah mereka tidak mengeluarkan gelas raja kecuali pada pemeriksaaan yang terakhir. Kemudian selesailah pemeriksaan saudara yang pertama, saudara yang kedua sampai saudara yang kesepuluh. Dan mereka tidak menemukan barang yang dimaksud. Saudara-saudara Yusuf merasa lega bahawa mereka terlepas dari tuduhan mencuri. Mereka mulai menarik nafas lega dan mereka berkata bahawa semua di antara kami telah diperiksa kecuali saudara kami yang kecil. Nabi Yusuf "Ia tidak perlu diperiksa." Sepertinya dia bukan seorang pencuri.
Saudara-saudara Nabi Yusuf berkata: "Kami tidak akan meninggalkan tempat ini kecuali setelah barang bawaannya diperiksa. Ini harus dilakukan agar hati kami menjadi tenang begitu juga hati kalian. Sungguh kami adalah anak-anak dari seorang tua yang baik dan kami bukanlah pencuri." Akhirnya, petugas keamanan pun memeriksa barang bawaan saudaranya, dan tiba-tiba mereka mengeluarkan gelas raja dari dalamnya. Dan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh mereka, saudara Nabi Yusuf menjadi budak baginya. Saudara-saudara Yusuf yang merasa tenang dan selamat dari tuduhan, kini mereka mulai mencela saudara kandung Nabi Yusuf. Mereka berkata: "Jika dia mencuri, maka saudaranya yang dahulu juga mencuri." Yusuf mendengarkan tuduhan mereka padanya dan beliau menampakkan kesedihan yang dalam. Yusuf menyembunyikan kesedihannya dalam dirinya dan tidak menampakkan perasaannya.
Nabi Yusuf berkata dalam dirinya: "Sesungguhnya sifat-sifat kalian lebih buruk, dan Allah s.w.t mengetahui apa yang kamu nyatakan itu." Beliau ingin mengatakan: "Dengan tuduhan ini, kalian menambah keburukan kalian di sisi Allah s.w.t daripada si tertuduh kerana kalian menuduh seseorang yang sebenarnya terlepas dari tuduhan dan Allah s.w.t mengetahui hakikat yang kalian katakan." Kemudian terjadilah keheningan setelah percakapan saudara-saudara yang terakhir. Kemudian hilanglah perasaan selamat dan mereka mulai mengingati Nabi Yaakub. Bukankah mereka telah menjalin suatu perjanjian besar dengannya agar mereka tidak berlaku aniaya terhadap anaknya? Mereka mulai merengek- rengek dan mencuba mendapat belas kasihan dari Nabi Yusuf: "Wahai seorang yang mulia, wahai raja, sungguh ia mempunyai ayah yang sudah tua, maka ambillah salah seorang dari kami sebagai gantinya. Sungguh kami melihatmu sebagai seorang yang baik."
Yusuf berkata dengan penuh ketenangan: "Bagaimana kalian ingin agar kami melepaskan seseorang yang kami temukan gelas raja di tempatnya, lalu kalian meminta seseorang yang lain sebagai gantinya? Ini adalah tindakan yang zalim dan kami tidak akan berbuat zalim." Saudara-saudara Yusuf berusaha untuk terus meminta belas kasihnya tetapi petugas keamanan dan para tentera meyakinkan mereka bahawa pemimpin Mesir,Nabi Yusuf yang jujur, telah berbicara dan mengeluarkan perintah. Kerana itu, hendaklah mereka pergi dan meninggalkan saudara mereka sebagai budak di sisinya.
Kemudian saudara-saudara Yusuf mulai bergerak. Mereka tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan saat menghadapi musibah yang baru ini, dan bagaimana mereka akan menghadapi ayah mereka dan menceritakan padanya apa yang terjadi. Salah seorang saudara yang paling tua duduk di atas tanah dan berkata: "Aku tidak akan bergerak dari tempatku. Kalian telah berbuat aniaya terhadap Yusuf sebelumnya, dan sekarang kalian berbuat aniaya terhadap saudaranya. Pulanglah kalian pada ayah kalian tanpa aku dan ceritakan padanya apa yang terjadi.
Saudara-saudara Yusuf menetapkan akan kembali tanpa saudara kandung mereka yang paling besar dan tanpa saudara kandung mereka yang paling kecil. Mereka masuk menemui ayahnya dan berkata: "Wahai ayahku, anakmu benar-benar mencuri." Dengan penuh kehairanan ayahnya bertanya, seakan-akan ia menidakkan apa yang didengarnya: "Apa yang kalian katakan?" Mereka menceritakan apa yang telah terjadi. Mereka memberitahukan kepadanya bahawa mereka mengatakan apa yang benar-benar mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri. Kalau ayah mereka ragu, hendaklah ia bertanya kepada orang-orang yang bersama mereka di Mesir, dan hendaklah ia bertanya kepada kafilah yang datang bersama mereka. Kali ini mereka benar. Terdapat banyak saksi yang menyokong mereka.
Nabi Yakub berusaha mendengar apa yang mereka katakan dan dengan kesedihan yang diliputi dengan kesabaran dan mata yang menangis beliau berkata: "Hanya dirimu sendiri yang memandang baik perbuatan yang buruk itu. Maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Mudah-mudahan Allah s.w.t mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana." Nabi Yakub tidak percaya kepada mereka kerana mereka sebelumnya telah berbuat kezaliman. Akhirnya, Nabi Yakub mulai merasakan kesepian. Ia hidup tanpa ditemani puteranya yang lebih dicintainya daripada saudara-saudaranya yang lain. Yakub adalah seorang yang sudah tua dan di masa tuanya Allah s.w.t mengujinya dengan kesepian dan besendirian tetapi Nabi Yakub telah mewasiatkan kesabaran dalam dirinya dan bertawakal kepada Allah s.w.t. Nabi Yakub telah berusaha menerapkan kesabaran yang indah tanpa mengadukan apa yang dialaminya kepada seseorang pun selain Allah s.w.t. Beliau hanya mengharap kebaikan kepada Allah s.w.t dan berharap kepada-Nya untuk mendatangkan semua anak-anaknya. Sesungguhnya Allah s.w.t mengetahui keadaannya dan Dia Maha Bijaksana, Maha Penyayang, dan Maha Pengasih terhadap hamba-Nya.
Nabi Yakub pergi dan kembali ke kamarnya. Mendengar peristiwa tersebut, beliau kembali terkenang dengan peristiwa lamanya berkenaan dengan anaknya Nabi Yusuf. Ia mulai merenung sambil berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf." Keluarlah dalam hatinya suatu rasa cinta yang dalam lalu kedua matanya dipenuhi dengan air mata yang banyak yang semakin menambah kesedihannya.
Tangisan yang cukup lama itu menjadikan beliau kehilangan matanya atau menyerupai sesuatu yang menampakkan kehilangan matanya. Adakah orang yang mengatakan: "Apakah mungkin seorang nabi menangis seperti ini? Tidakkah menangis menampakkan keputusasaan?". Tangisan itu sendiri merupakan bentuk dan sebahagian dari cinta. Juga merupakan bentuk pengaduan kepada Allah s.w.t. Nabi Yakub menangis kerana beliau adalah seseorang yang memiliki jiwa yang besar. Beliau tidak menangis di hadapan seseorang pun. Tangisan beliau sekadar pengaduan kepada Allah s.w.t yang tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah s.w.t. Tangisan tersebut tidak difahami oleh anak-anaknya di mana mereka menyerang sisi kemanusiaannya yang dalam dengan menasihatinya agar berhenti menangis dan kalau tidak, kata mereka, ia akan menghancurkan dirinya sendiri."
"Mereka berkata: ,Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa.'" Nabi Yakub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya." (QS. Yusuf: 85-86)
Nabi Yakub menjawab perkataan anak-anaknya itu dan beliau berusaha menunjukkan alasan dan hakikat dari tangisannya. Beliau mengadukan persoalan-persoalannya kepada Allah s.w.t kerana Dia Maha Mengetahui terhadap banyak hal yang tidak mereka ketahui. Beliau meminta kepada mereka agar membiarkannya menangis dan menganjurkan mereka untuk melakukan hal lebih bermanfaat bagi mereka.
"Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. " (QS. Yusuf: 87)
Di tengah-tengah kesedihannya yang dalam, beliau menyingkapkan harapannya akan rahmat Allah s.w.t. Beliau mengetahui melalui ilham yang didapatinya bahawa Yusuf tidak mati. Oleh kerana itu, hendaklah saudara-saudara Yusuf pergi mencarinya, dan hendaklah dalam mencarinya mereka benar-benar berharap kepada Allah s.w.t. Kafilah bergerak dan menuju ke Mesir. Saudara-saudara Yusuf berjalan menuju ke al-Aziz.
Akhirnya, mereka terpaksa meminta-minta. Mereka meminta kepada Nabi Yusuf agar sudi kiranya bersedekah untuk mereka dan menunjukkan belas kasihnya kepada mereka dengan mengingatkan bahawa Allah s.w.t akan membalas orang-orang yang bersedekah. Di tengah-tengah kehinaan mereka dan kemerosotan mereka,Nabi Yusuf berbicara dengan bahasa mereka tanpa perantara seorang penterjemah:
"Nabi Yusuf berkata: 'Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu?' Mereka berkata: 'Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?' Nabi Yusuf menjawab: 'Akulah Yusuf dan ini saudaraku, sesungguhnya Allah telah melimpahkan kurnia-Nya kepada kami.' Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.' Mereka berkata:
'Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).'" (QS. Yusuf: 89-91)
Dialog tersebut menyentuh ungkapan-ungkapan yang sangat dalam yang ada pada jiwa mereka. Penguasa Mesir mengagetkan mereka dengan bertanya seputar apa yang telah mereka lakukan terhadap Yusuf. Nabi Yusuf berbicara dengan bahasa mereka sehingga mereka mengetahui bahawa ia benar-benar Yusuf. Kemudian dialog itu semakin berkembang sehingga terungkaplah kesalahan mereka di hadapannya. Mereka telah membuat tipu daya pada Yusuf tetapi Allah s.w.t memenangkan urusan- Nya. Setelah berlalu tahun demi tahun, maka tersingkaplah tipu daya mereka. Dan Allah s.w.t memenangkan rencana-Nya dengan cara yang sangat elegan. Masuknya Yusuf dalam perigi merupakan awal dari kebangkitan untuk menduduki kerusi istana dan kekuasaan, dan jauhnya beliau dari ayahnya justru menjadi sebab bertambahnya cinta Yakub kepadanya. Ini adalah tabir yang tersingkap di depan mereka.
Tidak ada balas dendam, tidak ada celaan, dan tidak ada kebencian. Yusuf tidak mengatakan bahawa aku akan memaafkan kalian atau aku mengampuni kalian, tetapi ia berdoa kepada Allah s.w.t agar Dia mengampuni mereka. Ini mengisyaratkan bahawa beliau mengampuni mereka. Nabi Yusuf berdoa kepada Allah s.w.t agar Dia mengampuni mereka dan tentu doa seorang nabi akan dikabulkan. Ini adalah sikap toleransi beliau yang sangat terpuji. Ini adalah contoh terbaik dari sikap toleran. Setelah itu, Nabi Yusuf mengalihkan pembicaraan kepada ayahnya. Beliau mengetahui bahawa mata ayahnya sudah memutih kerana saking sedihnya. Beliau mengetahui bahawa ayahnya tidak mampu lagi melihat. Beliau merasakan penderitaaan ayahnya sehingga beliau melepas bajunya dan memberikannya kepada mereka:
"Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku." (QS. Yusuf: 93)
Di rumah Nabi Yakub. Lelaki itu duduk di kamarnya dalam keadaan kedua matanya memutih. Tiba-tiba laki-laki itu bangkit dan tampaklah perubahan drastik pada wajahnya. Ia menggantikan pakaiannya dan keluar menemui isteri-isteri anak-anaknya. Ia berhenti di tengah-tengah rumah dan mengangkat kepalanya ke langit lalu menghirup udara dengan kuat. Dadanya dipenuhi dengan hembusan angin yang datang dari Mesir. kemudian ia kembali ke kamarnya. Salah seorang isteri anak yang paling besar berkata kepada isteri-isteri anak- anak yang lain: "Sungguh Yakub hari ini keluar dari kamarnya tidak seperti biasanya. Kami merasakan ada sesuatu yang lain. Yakub meninggalkan persembunyiannya dan berdiri di depan halaman rumah. Ia melihat ke langit padahal ia buta, dan bagaimana ia melihat ke langit? Aku tidak tahu. Tetapi aku bersumpah, aku telah melihat senyum yang menghiasi wajahnya."
Isteri-isteri dan anak laki-laki yang lain bertanya dalam keadaan kehairanan: "Kamu mengatakan bahawa ia memakai baju yang baru dan kamu mengatakan bahawa dia tersenyum?" Wanita-wanita itu segera menuju Nabi Yakub dan tampak senyuman masih menghiasi wajahnya. Apakah yang dilihat oleh wanita-wanita itu suatu khayalan? Wanita- wanita itu bertanya kepadanya: "Apa yang kamu rasakan, wahai seorang yang mulia?" Lelaki tua itu menjawab: "Aku mencium bau Yusuf." Mendengar jawapan itu, para wanita menggerutu. Lalu Yakub menambahkan: "Sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal, tentu kamu membenarkan aku."
Isteri-isteri dan anak laki-laki itu meninggalkan Yakub dan kemudian berkata: "Lelaki tua itu tidak memiliki harapan. Tangisannya atas Yusuf akan menghancurkannya," kata sebahagian mereka. "Apakah ia bercakap tentang pakaiannya?" "Aku tidak tahu, ia hanya berkata bahawa ia mencium bau Yusuf," jawab yang lain. "Engkau mengatakan bahawa ia mengganti pakaiannya?," tanya sebahagian mereka. "Barangkali ia gila, hanya orang yang gila yang menceritakan sesuatu yang tidak ada," sambung yang lain. Pada hari itu Nabi Yakub meminta segelas susu. Ia berpuasa dan berbuka dengannya, lalu untuk pertama kalinya ia meminta makanan dan tidak menolaknya.
Datanglah waktu petang dan ia menggantikan pakaiannya dengan agak lambat. Kafilah berjalan dengan membawa pakaian Nabi Yusuf. Pakaian itu disembunyikan di bawah gandum. Pakaian itu bercampur dengan embun- embun kebun dan bau tanah yang baik dan minyak wangi Nabi Yusuf serta kehangatan matahari yang mematangkan gandum. Kafilah mulai menghampiri ke kampung Nabi Yakub.Nabi Yakub sedang solat dan mengangkat kedua tangannya ke langit kemudian ia mula mencium udara dan menangis. Ia membayangkan pakaian Nabi Yusuf yang sedang menuju padanya:
"Tatkala kafilah itu telah ke luar (dari negeri Mesir) berkata Nabi Yakub: 'Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku). Keluarganya berkata: 'Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu.' Tatkala telah tiba pembawa khabar gembira itu, maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Yakub, lalu kembalilah dia dapat melihat. Berkata Nabi Yakub: Tidakkah aku katakan kepadamu, bahawa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya.' Mereka berkata: 'Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).'" (QS. Yusuf: 94-97)
"Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Nabi Yusuf:Nabi Yusuf merangkul ibu bapa dan dia berkata: 'Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya-Allah dalam keadaan aman." Dan ia menaikkan kedua ibu bapanya ke atas singgahsana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya bersujud kepada Yusuf. Dan berkata Nabi Yusuf: 'Wahai ayahku inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah iblis merosakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. " (QS. Yusuf: 99-100)
Saat mimpi Nabi Yusuf menjadi kenyataan, beliau berdoa kepada Allah:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang soleh. " (QS. Yusuf: 101)....
Nabi Yakub sangat meyayangi Nabi Yusuf kemudian ia diuji dengan hilangnya Yusuf, dan ketika hatinya murni untuk Allah s.w.t tanpa ada kecemburuan kepada Nabi Yusuf dan saudaranya, Allah mengembalikan kedua anaknya kepadanya.
#sekian sahaja kisah nabi yusuf as :)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Asaalamualaikum...
jangan lupa tinggalkan komen anda yerp:)